SUDAHKAH ANDA SHALAT?

Kamis, 31 Maret 2011

Menambahkan google talk di Blog


Saya yakin Anda pasti tahu apa yang Google Talk, dengan Gtalk Anda dapat mengirim pesan instan, membuat panggilan suara, meninggalkan pesan voice mail, file transfer dan sebagainya, tetapi tentu saja harus dengan pengguna Google lainnya. Apakah Anda tahu, sekarang Anda dapat menambahkan Gtalk ke blog Anda? Belum tahu caranya? silahkan ikuti langkah-langkah berikut:

1. Login dengan ID blog anda
2. Masuk di dashboard, klik layout /rancangan .
3. klik page element/elemen laman.
4. klik tambah gadget, pilih tambah HTML/java script.
5. copy paste javascript berikutt, simpan, dan lihat hasilnya.

<iframe width="234" frameborder="0" src="http://talkgadget.google.com/talkgadget/client?fid=gtalk0&relay=http%3A%2F%2Fwww.google.com%2Fig%2Fifpc_relay" height="350">
</iframe><p style="margin:-8px 0"><br /><center>
<a style="text-decoration:none;font-size:70%;" href="http://rohman-freeblogtemplate.blogspot.com/2008/01/add-google-talk-to-blog.html">Add to your blog</a></center></p>
 

Selamat mencoba, semoga berhasil.





source

[+/-] Selengkapnya...

Rabu, 30 Maret 2011

Sifat Shalat Nabi dari Takbir Hingga Salam

TATACARA SHALAT NABI SAW DARI TAKBIR HINGGA SALAM
1- Wajib bagi seorang muslim jika akan melaksanakan shalat hendaknya dalam keadaan thahir (suci) dari hadats besar (junub, haidh atau nifas) dan hadats kecil (keluar sesuatu dari lubang kubul atau dubur). Hadats besar terangkat dengan mandi sedangkan hadats kecil cukup dengan wudhu. Hendaknya bersungguh-sungguh dalam berwudhu dan mengikuti cara wudhu Nabi saw.
2- Disyari’atkan bagi orang yang shalat mengambil sutrah (pembatas) shalat dan diletakkan dihadapannya jika sebagai imam atau munfarid (shalat sendiri).
3- Jika shalat sebagai imam hendaknya (sebelum takbiratul ihram) menoleh ke kanan seraya mengatakan: “istawuu (luruskan)” dan ke kiri seraya mengatakan: “istawuu (luruskan)”.
4- Kemudian menghadap kiblat dengan suluruh tubuhnya sambil meniatkan shalat yang akan dikerjakannya di dalam hatinya dengan tidak melafalkan niatnya, seperti mengatakan: “Ushalli lillah… (aku berniat shalat…)”, karena melafalkan niat termasuk bid’ah (hal yang diada-adakan).
5- Kemudian bertakbir takbiratul ihram seraya mengucapkan:     اللهُ أَكْبَرُ
[Allahu Akbar]
Artinya: “Allah Maha Besar”.
Mengangkat kedua tangannya dan merapatkan jari-jemarinya ke arah kiblat setentang bahu atau daun telinga.
Nabi r dahulu mengeraskan suaranya ketika bertakbir hingga orang yang di belakangnya dapat mendengar. Beliau sesekali mengangkat tangannya bersamaan dengan ucapan takbir, sesekali setelah ucapan takbir dan sesekali sebelumnya.
6- Kemudian jika shalat berjamaah bersama imam, makmum yang dibelakangnya juga mengucapkan “allahu akbar”. Setelah selesai takbir hendaknya pandangannya mengarah ke tempat sujudnya.
7- Kemudian diam sebentar untuk membaca istiftah (bacaan pembuka). Diantara riwayat bacaan istiftah Nabi r:
اَللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ اَلْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ , اَللَّهُمَّ نقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى اَلثَّوْبُ اَلْأَبْيَضُ مِنْ اَلدَّنَسِ , اَللَّهُمَّ اِغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
[ Allahumma baa'id baini wa baina khotoyaaya kama baa'adta bainal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khotooyaaya kamaa yunaqqos tsaubul abyadhu minaddanaasi. Allahummaghsilnii min khotooyaaya bilmaa i was tsalji wal barodi ]
Artinya:
“Ya Allah, jauhkan antara diriku dan dosa-dosaku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Wahai Allah, bersihkan aku dari dosa-dosaku sebagaimana pakaian putih yang dibersihkan dari kotoran. Ya Allah cucilah, dosa-dosaku dengan air, es dan air dingin.
Terkadang membaca istifatah dengan:
سُبْحَانَك اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِك وَتَبَارَكَ اِسْمُك وَتَعَالَى جَدُّك وَلَا إِلَهَ غَيْرُك
[Subhaanakallaahumma wabihamdika watabaarokasmuka wa ta'aala jadduka walaa ilaaha ghairuka]
Artinya:
“Maha Suci dan Maha Terpuji Engkau, ya Allah, penuh berkah nama-Mu, Maha Tinggi kekayaan-Mu dan tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.”
Terkadang membaca:
اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَئِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالَمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِك فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اِهْدِنِي لِمَا اُخْتُلِفَ فِيهِ مِنْ الْحَقِّ بِإِذْنِك إِنَّك تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
[Allahumma robbu jibrooiil wa miikaaiil wa isroofiil, faathiris samaawaati wal ardhi, 'aalimul ghaibi wa syahaadati, anta tahkumu baina 'ibaadaka fiimaa kaanuu fiihi yakhtalifuun, ihdinii lima ikhtalafa fiihi minalhaqqi bi idznika, innaka tahdii mantasyaa u ilaa shirootun mustqiimun]
Artinya:
“Ya Allah, Tuhan malaikat Jibril, Mikail, dan Isrofil, yang mengatur langit dan bumi. Yang Maha Mengetahui apapun yang ghaib dan nyata, Engkau menghukumi hamba-hamba-Mu atas apa yang mereka peselisihkan. Berilah aku petunjuk kebenaran atas apa yang diperselisihkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjukki siapa yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus.”
Dan riwayat-riwayat lain yang falid dari Nabi saw.
Yang utama adalah, sesekali membaca yang ini dan sesekali membaca yang lainnya dari riwayat bacaan istiftah Nabi r yang memang falid dari beliau.
8- Kemudian berta’awudz (meminta perlindungan) kepada Allah I dari syaithan yang terkutuk, dengan mengucapkan:
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ هَمَزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفَثِهِ
[a'uzubillahi minassyaithonirrojiim min hamazihi wanafkhihi wanaftsihi]
Artinya:
“Aku berlindung kepada Allah dari syaithan yang terkutuk dari kegilaan, kesombongan, syairnya.”
atau
أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
[a'uzubillahis sami'ul 'aliim minssyaithonirrojiim]
Artinya:
“Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syaitan yang terkutuk.”
9- kemudian membaca basmalah:
[Bismillahir rahmaanir rahiim]
Artinya:
“1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Dahulu Nabi r membacanya dengan pelan, tidak ada riwayat yang falid bahwa beliau membaca basmalah dengan keras secara terus menerus. Tetapi terkadang makmum mendengar bacaannya ketika beliau sedikit mengeraskannya dalam shalat sirri (pelan), tidak mendengarnya kecuali yang berada dekat dengan beliau.
10- Kemudian membaca surat al-Faatihah:
[Alhamdulillahi robbil 'aalamiin, arrohmaanir rohiim, maalikiyau middiin, iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin, ihdinasshirootol mustaqiim, shirootol ladziina an'amta 'alaihim, ghoiril maghdu bi 'alaihim walauddhooolliiin]
Artinya:
“2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. 3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 4. Yang menguasai di hari Pembalasan. 5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.6. Tunjukilah Kami jalan yang lurus, 7. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS.alfatihah:2-7)
Ketika membaca Nabi r berhenti pada setiap ayat dan tidak menyambung dengan ayat berikutnya.
11- Setelah selesai membaca al-Faatihah Nabi r menjaharkan (mengeraskan) bacaan “amin” dalam shalat jahriah[1] dengan ucapan:   آمِيْن [Aamiin]
Artinya:
“Kabulkan ya Allah!”
Makmum yang berada di belakang Nabi turut mengeraskan bacaan ‘amin’ hingga masjid menjadi ramai.
12- Kemudian diam sejenak setelah selesai membaca al-Fatihah, tidak berlama-lama dalam diam.
13- Kemudian membaca apa yang mudah dari al-Qur’an seusai membaca al-Fatihah. Terkadang Nabi r membaca satu surat penuh pada setiap rakaatnya, dan ini sering. Terkadang membaca satu surat pada dua rakaat dan terkadang membaca sebagian surat. Nabi r senantiasa berhenti pada setiap ayat yang dibacanya dan tidak menyambung bacaannya dengan ayat berikutnya.
14- Nabi r mengeraskan bacaannya pada shalat fajar (subuh), dua rakaat pertama shalat maghrib dan dua rakaat shalat isya. Adapun shalat dzuhur serta ashar beliau membacanya dengan sirri (pelan).
15- Setelah selesai dari membaca al-Qur’an diam sejenak sekadar menenangkan diri sebelum rukuk.
16- Kemudian rukuk seraya bertakbir mengangkat kedua tangannya setentang bahu atau daun telinganya. Makmum dibelakangnya mengikuti dengan takbir dan ruku seraya mengangkat tangan. Yang demikian ini dilakukan oleh imam, makmum atau yang shalat sendirian. Demikianlah yang ditunjukkan oleh sunnah. Kemasyhuran riwayat ini melemahkan mereka yang mengingkarinya.
Dalam rukuknya Nabi r meratakan punggungnya dan mensejajarkan kepalanya, hingga seandainya diletakkan suatu wadah di atasnya, wadah itu tidak akan jatuh. Menggenggam kedua lututnya dan bertumpu padanya dengan menjarangkan jari-jemarinya. Membuka sikutnya keluar. Beliau terkadang memanjangkan rukuknya. Beliau mengingkari mereka yang meringankan posisi ini dan melarang mematuk (berpindah dari satu gerakan kepada gerakan yang lain) seperti patukan burung gagak (cepat/tergesa-gesa).
Ketika rukuk, Nabi r memerintahkan untuk mengagungkan Allah, dan disyari’atkan bertasbih dengan mengucapkan:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْم
[Subhaana robbiyal adziimu] 3x atau lebih.
Artinya: “Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung.”
Terkadang beliau membaca:
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
[Subhaana robbiyal adhzimi wabi hamdihi] 3x
Artinya:
“Maha Suci Tuhan-ku yang Maha Agung dan segala pujian bagi-Nya.”
dan mengucapkan:
سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوْحِ
[Subbuuhun qudduusun robbul malaaikati warruuhi]
Artinya:
“Tuhan yang Maha Suci, Tuhan para malaikat dan Jibril.”
Beliau juga membaca zikir-zikir dan doa selain yang telah disebutkan. Beliau melarang membaca al-Qur’an ketika rukuk dan sujud.
17- Kemudian mengangkat kepalanya dari rukuk seraya mengangkat kedua tangannya hingga setentang bahu atau daun telinga sambil mengucapkan:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
[Sami'allahu liman hamidah]
Artinya:
“Allah mendengar siapa saja yang memuji-Nya.”
Dibaca jika dia sebagai imam atau shalat seorang diri. Jika telah berdiri tegak mengucapkan:
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
[Rabbanaa walakal hamdu]
Artinya:
“Tuhan kami, dan untuk-Mulah segala pujian.”
Nabi r terkadang mengucapkan:
رَبّنَا لَك الْحَمْد مِلْء السَّمَاوَات وَمِلْء اْلأَرْض وَمِلْء مَا شِئْت مِنْ شَيْء بَعْد
[Rabbana walakal hamdu mil ussamaawaati wamil ul ardhi wamil umaa syi'ta min syai in ba'du]
Artinya:
“Tuhan kami, dan untuk-Mulah segala pujian yang memenuhi langit, bumi serta apa saja yang Engkau kehendaki dari segala sesuatu setelahnya[2].”
Terkadang menambahkan bacaan:
أَهْلَ الثَّنَاء وَالْمَجْد أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْد ، وَكُلّنَا لَك عَبْد ، لاَ مَانِع لِمَا أَعْطَيْت وَلاَ مُعْطِي لِمَا مَنَعْت وَلاَ يَنْفَع ذَا الْجَدّ مِنْك الْجَدّ
[Ahluts tsanaa i walmajdi, ahaqqu maa qoolal 'abdu wa kulluna laka 'abdun, laa maani'a lima a'thoita, wallaa mu'thia limaa mana'ta, walaa yanfa'u dzal jaddi minkal jaddu]
Artinya:
“Tuhan pemilik pujian dan sanjungan. Yang paling berhak dikatakan oleh seorang hamba –dan setiap kami menghamba kepada-Mu-: ‘Tidak ada yang dapat mencegah apapun yang Engkau beri, dan tidak ada yang dapat memberi apapun yang Engkau cegah, tidak bermanfaat kekayaan dan kekuasaan pemiliknya untuk dapat menyelamatkan dirinya dari-Mu.”
Makmum tidak disyari’atkan mengucapkan: [Sami'allahu liman hamidah] Tetapi mencukupkan dengan membaca tahmid [rabbanaa walakal hamdu…] setelah berdiri sempurna dari rukuk. Nabi r bersabda,
وَإِذَا قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، فَقُوْلُوا: رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
“Jika imam membaca ‘sami’allahu liman hamidah’ maka ucapkanlah, ‘rabbana walakal hamdu’.”
Mereka yang mengatakan makmum turut membaca [sami'allahu liman hamidah] tidak memiliki dalil.
Kemudian meletakkan tangan kanannya dipunggung telapak kirinya, atau pergelangan tangan kiri, atau di lengan bawah kirinya, seperti tatkala berdiri sebelum rukuk.
Nabi r memanjangkan posisi ini sehingga sebahagian sahabat menyangka beliau lupa. Beliau mengingkari mereka yang meringankannya dan memerintahkan untuk tuma’ninah (tenang), tidak terburu-buru. Beliau melarang makmum untuk bangkit dari ruku sebelum imam dan mengancam siapa yang mengangkat kepalanya sebelum imam akan Allah ganti kepalanya dengan kepala keledai.
18- Kemudian bertakbir dan sujud. Tidak ada riwayat yang falid bahwa Nabi r mengangkat kedua tanggannya ketika akan sujud. Bahkan Ibnu Umar c berkata, “Nabi r tidak melakukan hal itu ketika sujud.” Mungkin saja Nabi r melakukannya sekali atau dua kali untuk menjelaskan kebolehan hal tersebut.
Nabi r ketika sujud mendahulukan kedua lutut sebelum tangan. Beliau sujud di atas tujuh anggota badan: wajah, dua tangan, dua lutut dan dua ujung kaki. Menempelkan kening dan hidung ke tempat sujud. Dan mengangkat kedua sikut (menjauhkannya dari lantai) dan membuka kedua lengan atas (melebarkanya). Mengangkat perutnya dari kedua pahanya (tidak menempelkanya), dan demikian pula mengangkat pahanya dari betisnya (tidak menempelkannya). Menegakkan telapak kakinya dan bertumpu dengan keduanya dengan menjadikan jari-jemari kakinya mengarah ke kiblat sedangkan bagian dalamnya menempel kelantai. Bertumpu juga dengan kedua tangannya, membuka telapak tangannya dengan merapatkan jari-jemarinya mengarahkan ke kiblat dan meletakkannya setentang dengan bahu, atau kening, atau bagian telinga; semua itu termasuk sunnah. Nabi r melarang orang yang shalat menempelkan lengannya (sikutnya) ke lantai seperti anjing yang berbaring.
Ketika sujud membaca:
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى
[Subhaana robbiyal a'laa] 3x atau lebih.
Artainya:
“Maha Suci Allah, Tuhan yang Maha Tinggi.”
Disukai juga membaca:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
[Subhaanakallahumma rabbanaa wa bihamdika, allahummaghfirlii]
Artinya:
“Maha Suci Engkau, ya Allah, Tuhan kami dan dengan memuji-Mu. Ya Allah ampunilah aku.”
Dan mengucapkan:
سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوْحِ
[Subbuuhun qudduusun robbul malaaikati warruuhi]
Artinya:
“Tuhan yang Maha Suci, Tuhan para malaikat dan Jibril.”
Nabi r menganjurkan untuk memperbanyak doa ketika sujud. Beliau melarang membaca al-Qur’an ketika rukuk dan sujud, juga melarang tergesa-gesa, beliau memerintahkan untuk tuma’ninah (tenang).
19- Kemudian mengangkat kepalanya seraya bertakbir dan duduk baina sajdatain (duduk di antara dua sujud). Sesekali Nabi mengangkat kedua tanggannya bersamaan dengan takbir. Membentangkan kaki kirinya dan duduk di atasnya. Menegakkan kaki kanannya, dan meletakkan kedua tangannya di pahanya dengan membuka telapak tangannya.
Terkadang Nabi r duduk ittiqa yaitu menegakkan kedua telapak kakinya (dan duduk diatas tumit).
Tidak ada riwayat yang falid bahwa beliau mengingsyaratkan telunjuknya ketika duduk diantara dua sujud. Mungkin saja Nabi r melakukan sesekali untuk menjelaskan kebolehannya.
Dan membaca:
رَبِّ اِغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَارْفَعْنِي وَاهْدِنِي وَعَافَنِي وَارْزُقْنِي
[Robbighfirlii warhamnii, warfa'nii wahdinii, wa 'aafinii warzuknii]
Artinya:
“Tuhanku ampuni aku, rahmati aku, angkat derajatku, beri aku petunjuk, beri aku keafiatan dan beri aku rizki.”
Terkadang membaca:
رَبِّ اِغْفِرْ لِي, رَبِّ اِغْفِرْ لِي
[Robbighfirlii, robbighfirlii]
Artinya:
“Tuhanku ampuni aku, Tuhanku ampuni aku.”
Nabi r memperlama posisi ini hingga ada yang berkata, “Nabi lupa.” Dan beliau melarang meringankannya.
20- Kemudian sujud yang kedua sambil bertakbir dan melakukan seperti yang dilakukan pada sujud yang pertama.
Dengan demikian selesailah rakaat pertama.
21- Kemudian bangkit sambil bertakbir, bertumpu kepada dua lututnya bukan ke lantai. Melakukan rakaat kedua seperti pada rakaat pertama tanpa takbiratul ihram, bacaan istiftah dan ta’awudz [a'uzubillah…].
22- Tidak ada riwayat yang falid bahwa Nabi r duduk itrirahat setelah rakaat pertama atau setelah rakaat ketiga[3] kecuali diakhir hayatnya, dan itu memiliki kemungkinan-kemungkinan.
23- Kemudian melakukan pada rakaat kedua apa yang dilakukan pada rakaat pertama, hanya saja lebih singkat.
24- Kemudian duduk tasyahud awal setelah rakaat kedua. Jika shalatnya memiliki dua tasyahud; semisal zuhur, ashar, maghrib dan isya, duduk dengan iftirosy seperti duduk di antara dua sujud (menegakkan telapak kaki kanan dan duduk di atas kaki kiri).
Kemudian membaca tasyahud awal:
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ ، أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
[Attahiyaatu lillah, wassholawaatu watthoyyibaat, assalaamu alaikum ayyuhannabiyyu warohmatullahi wabarokaatuh, assalamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahis sholihiin, asyhadu al laa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu warosuuluhu]
Artinya:
“Segala penghormatan untuk Allah, demikian pula setiap shalat dan kebaikan-kebaikan. Kesejahteraan terlimpah atasmu, wahai Nabi, juga rahmat serta berkah-Nya. Kesejahteraan semoga telimpah atas kami dan hamba-hamba Allah yang soleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disebah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.”
Nabi r membuka telapak tangan kirinya dan meletakkannya dipaha kirinya. Beliau mengepalkan tangan kanannya kecuali jari telunjukknya dan memberi isyarat dengan telunjuk itu ketika disebut nama Allah atau dalam dua tasyahudnya. Terkadang beliau mengepalkan kelingking dan jari manis dan membuat lingkarang dengan jari tengah dan jempol serta mengangkat telunjuknya.
Nabi r melarang iq’aa (bersimpuh) seperti anjig, yaitu seseorang menempelkan pantatnya ke lantai dan menegakkan telapak kakinya dengan meletakkan tangannya kelantai seperti bersimpuhnya anjing. Iq’aa yang dibolehkan adalah ketika duduk di antara dua sujud.
Nabi r meringankan tasyahud pertama ini, sampai-sampai seakan beliau duduk di atas batu yang panas.
25- Kemudian bangkit bertakbir dengan mengangkat kedua tangan untuk rakaat ketiga. Bangkit dengan bertumpu kepada lututnya bukan kepada lantai.
26- Kemudian membaca surat al-Fatihah dan tidak membaca sesuatupun setelahnya, karena tidak ada riwayat yang falid bahwa Nabi r membaca sesuatu setelahnya.
Kemudian melanjutkan kepada rakaat keempat dan melakukan seperti yang dilakukan pada rakaat ketiga. Meringankan dua rakaat terakhir (rakaat ketiga dan keempat) dari dua rakaat pertama.
27- Setelah rakaat keempat pada shalat Zuhur, Ashar dan Isya atau rakaat ketiga pada shalat Maghrib atau rakaat kedua pada shalat (yang hanya dua rakaat) seperti Subuh, jumu’ah dan ‘Id, kemudian duduk untuk tasyahud akhir. Membaca bacaan tasyahud awal lalu membaca shalawat nabi:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
[Allaahumma sholli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad, kamaa shollaita 'alaa Ibroohiim wa 'alaa aali Ibroohiim innaka hamiidun majiid, wabaarik 'alaa Muhammad wa'alaa aali Muhammad, kamaa baarokta 'alaa ibroohiim wa'alaa aali Ibroohiim innaka hamiidun majiid]
Artinya:
“Wahai Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau memberi rahmat kepada keluarga Ibrohim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Dan berilah keberkahan kepada keluarga Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberkahi Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
Nabi r terkadang duduk tasyahud dengan tawaruk, yaitu menempelkan pantat kiri ke lantai dan mengeluarkan kaki (kirinya) dari satu sisi dengan menjadikannya berada dibawah paha dan betis kanannya. Menegakkan telapak kaki kanan dan kadang membaringkannya. Tangan kirinya menggenggam lutut kiri bersandar kepadanya.
28- Jika telah selesai dari tasyahud akhir hendaknya meminta perlindungan dari empat hal dengan membaca:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِك مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ , وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ , وَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ, وَ مِنْ شَرِِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
[Allahumma innii a'uudzubika  min 'adzaabi jahannami wamin 'adzaabil qobri wamin fitnatil mahyaa walmamaati wa min syarri fitnatil masiihiddajjaal]
Artinya:
“Ya Allah, aku berlindung denganmu dari azab neraka janannam, dari azab kubur, dari fitnah (cobaan) orang-orang yang masih hidup dan yang telah mati, dan dari fitnah (cobaan) Dajjal”
29- Kemudian berdoa untuk dirinya sebelum salam. Diantara doa yang disyari’atkan oleh Nabi r:
اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا، وَلا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِي إِنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
[Allahumma innii dzolamtu nafsii dzulman katsiiron wa laa yaghfiru dzunuuba illa anta, faghfirli maghfirotan min 'indika, warhamnii innaka antal ghafuururrohiim]
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya aku banyak mendzalimi diriku, dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau, maka ampunilah dosa-dosaku dengan pengampunan dari-Mu, rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Diantara doanya yang lain:
اللَّهُمَّ حَاسِبْنِي حِسَاباً يَسِيْراً
[Allahumma haasibnii hisaaban yasiiron]
Artinya:
“Wahai Allah, hitunglah aku dengan perhitungan yang mudah.”
Meminta kapada Allah surga dan meminta perlindungan dari neraka. Serta doa-doa lain yang falid dari Nabi r.
30- Kemudian menutup shalatnya dengan salam sambil menoleh ke kanan seraya mengucapkan:
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
[Assalaamu alaikum warahmatullah]
Artinya:
“Keselamatan dan rahmat Allah atas kalian.”
Hingga telihat pipi kanannya. Dan menoleh ke sebelah kirinya demikian pula, dengan menambah:  وَبَرَكَاتُهُ [Wabarokaatuh]
Artinya:
“Dan berkah Allah.”
Demikian yang diriwayatkan dalam sebuah hadits. Bisa jadi beliau mengucapkannya sekali untuk menjelaskan kebolehannya.
31- Setelah salam lalu beristighfar (mengucap ‘astaghfirullah’) sebanyak tiga kali kemudian mengucapkan:
اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَم وَمِنْك السَّلاَم تَبَارَكْت يَا ذَا الْجَلاَل وَاْلإِكْرَام
[Allahumma antassalaam wa minkassalaam tabaarokta yaa dzaljalaali wal ikraam]
Artinya:
“Wahai Allah, Engkau pemberi keselamatan dan dari-Mu keselamatan, Maha suci Engkau, Wahai zat pemilik keagungan dan kemuliaan.”
Dibaca sebelum menghadap kepada makmum jika dia sebagai imam, dan tetap menghadap kiblat selama membaca bacaan di atas.
32- Kemudian merubah posisi menghadap kepada makmum. Nabi paling sering berputar kearah kanan dan terkadang kesebelah kirinya.
33- Nabi mensyari’atkan kepada umatnya zikir setelah shalat, diantaranya:
لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
[Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariikalahu lahulmulku walahulhamdu wahua 'ala kulli syai in qodiir]
Artinya:
“Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kerajaan, miliknya segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”
لا حول ولا قوة إلا بالله ، لا إله إلا الله ، ولا نعبد إلا إياه ، له النعمة ، وله الفضل ، وله الثناء الحسن ، لا إله إلا الله ، مخلصين له الدين ولو كره الكافرون
[Laa haula walaa quwwata illa billaah, laa ilaha illallah walaa na'budu illaa iyyaahu lahunni'matu walahulfadhlu walahutstsanaa ulhasan, laa ilaaha illallah mukhlishiina lahuddiin walau karihal kaafiruun]
Artinya:
“Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya. Hanya milik-Nya kenikmatan, karunia, dan pujian yang baik. Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah, (dengan) memurnikan ibadah kepada-Nya meskipun orang-orang kafir tidak suka.”
اللَّهُمَّ لا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
[Allahumma laa maani'a limaa a'thoita walaa mu'thia limaa mana'ta, walaa yanfa'u dzaljaddi minkaljaddu]
Artinya:
“Ya Allah, tidak ada yang dapat mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau cegah. Dan kekayaan (nasib baik) tidak berguna untuk (mencegah azab) dari-Mu.”
Kemudian membaca:  سبحان الله[subhanallah] 33x, الحمد لله [alhamdulillah] 33x dan الله أكبر [allahu akbar] 33x dan menggenapi seratus membaca:
لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
[Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariikalahu lahulmulku walahulhamdu wahua 'ala kulli syai in qodiir]
Artinya:
“Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kerajaan, miliknya segala puji, dan Dia yang Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Lalu membaca ayatul Kursi berikut:
[Allaahu laa ilaaha illa huwal hayyulqoyyuum laa ta'khudzuhu sinatuw walaa naum lahu maa fiissamaawaati wamaa fil ardhi man dzal ladzii yasyfa'u 'indahu illa bi idznih ya'lamumaa baina aidiihim wamaa kholfahum walaa yuhiituuna bisyai in min'ilmihii illa bimaa syaa wasi'a kursiyyuhus samaawaatiwal ardhi walaa ya uuduhuu hifzuhumaa wa huwal 'aliyyul 'adziim]
Artinya:
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.” (QS.al-Baqarah: 255).
Surat al-Ikhlas:
[Qulhuwallaahu ahad, Allaahush shomad, lamyalid walam yuulad, walam yakul lahuu kufuwan ahad]
Artinya:
“Katakanlah (Muhammad)! ‘Dia Allah, Yang Mahaesa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakan dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia’.” (QS.al-ikhlas: 1-4)
Surat al-Falaq:
[Qul a'uudzubirobbil falaq, min syarri maakholaq, wamin syarri ghoosiqin idzaa waqob, wamin syarrin naffastsaati fiil 'uqod, wamin syarri haasidin idzaa hasad]
“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar), dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki’.” (QS. al-Falaq: 1-5)
Surat an-Nas:
[Qul a'uudzubirobbinnaas, malikinnaas, ilaahinnaas, min syarri waswaasil khannaas, al ladzi yuwaswisufii suduurinnaas, minaljinnati wannaas]
Artinya:
“Katakanlah, ‘aku berlindung kepada Tuhan-nya manusia, Raja manusia, Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia’.” (QS. an-Nas:1-6)
Ayat-ayat di atas dibaca setiap selesai shalat. Disukai mengulanginya sebanyak tiga kali setelah shalat subuh dan maghrib.
34- Nabi r mensyari’atkan kepada umatnya untuk melakukan shalat nawafil (shalat sunnah) sebelum dan sesudah shalat fardu. Diantaranya shalat rawaatib [4]. Beliau bersabda,
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمِهِ وَلَيْلَتِهِ تَطَوُّعاً بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتاُ فِي الْجَنَّةِ
“Siapa yang shalat sunnah dua belas rakaat sehari semalam, akan Allah bangun untuknya rumah di syurga.”
Berikut shalat-shalat sunnah tersebut:
-      2 rakaat sebelum shalat subuh.
-      4 rakaat sebelum shalat zuhur dan 2 rakaat setelahnya.
-      2 rakaat setelah shalat maghrib.
-      2 rakaat setelah shalat isya.
Disukai melakukan shalat 4 rakaat sebelum ashar, 2 rakaat setelah maghrib dan 2 rakaat setelah isya. Telah falid riwayat dari Nabi r yang menunnjukkan akan hal itu.
Nabi saw menganjurkan untuk berkesinambungan melakukan shalat sunnah semampunya seperti shalatul lail (shalat malam), dhuha, shalat tarawih dibulan Ramadhan dan shalat-shalat lain yang memang shahih/falid dari Nabi r.
35- Wanita melakukan semua yang dilakukan laki-laki dalam shalatnya, tidak ada pengecualian kecuali dalam beberapa perkara; seperti masalah menutup aurat, masalah bacaan, laki-laki mengeraskan bacaannya dalam shalat jahriah sedangkan wanita tidak.
Demikianlah yang dapat terkumpul dari tatacara shalat nabi r sejak takbi hingga salam sebagaimana yang falid/shahih dari Nabi r. Beliau telah bersabda,
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِي أُصَلِّي
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.”
Dan Nabi r mengabarkan bahwa shalat adalah penghibur diri dan penenang jiwanya.
Hendaknya seorang muslim menjaga shalatnya sebagaimana yang telah didiajarkan, hingga menjadi cahaya baginya dan keselamatan pada hari kiamat dengan izin Allah.
Wallahu a’lam
Shalawat dan salam tercurah atas Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.

Penulis : Abdullah bin Abdurrahman al-Jibriin 

[1] Shalat jahriah adalah shalat yang bacaan al-Fatihah dan al-Qura’annya dibaca keras oleh imam dalam shalat berjamaah. Yaitu  pada shalat maghrib, isya dan subuh.
[2] Dari arsy, kursy dan selain keduanya.
[3] Duduk sejenak ketika akan bangkit berdiri setelah sujud kedua.
[4] Shalat sunnah sebelum dan sesudah shalat fardu.

[+/-] Selengkapnya...

Di Saat Impian Belum Terwujud

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.

Setiap orang pasti memiliki impian dan cita-cita. Berbagai usaha pun dikerahkan untuk mencapai impian tersebut. Namun kadang usaha untuk menggapai impian kandas di tengah jalan dikarenakan berbagai rintangan dari dalam maupun dari luar. Tentu saja impian yang kami maksudkan di sini adalah impian yang logis yang bisa dicapai dan bukan hanya khayalan di negeri antah berantah. Di saat impian tadi belum terwujud, bagaimanakah cara untuk menggapainya? Semoga tulisan ini bisa memberikan solusi terbaik.

Belajar dari Kisah Istri Ibrahim ‘alaihis salam
Suatu pelajaran yang patut dicontoh adalah kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bersama istrinya, Sarah. Lihatlah impiannya untuk memiliki anak sekian lama, akhirnya bisa terwujud. Padahal ada tiga sebab yang menjadi penghalang ketika itu. Sarah sudah sangat tua, Ibrahim pun demikian dan Sarah adalah wanita yang mandul.[1] Ada ulama yang berpendapat bahwa ketika anaknya Ishaq itu lahir, Sarah berusia 90-an tahun dan Ibrahim berusia 100-an tahun.[2] Namun di usia sudah sangat senja seperti itu, Allah Ta’ala memudahkan mereka memiliki anak, yaitu Ishaq yang akan menjadi seorang Nabi. Mengenai kisah Ibrahim dan Sarah, kita dapat melihat dalam dua surat. Dalam kisah mereka, Allah Ta’ala menceritakan kedatangan tamu (para malaikat). Ia pun dan istrinya menjamu mereka dengan sangat baiknya dan malaikat tersebut membawa kabar gembira pada Ibrahim dan Sarah atas kelahiran Ishaq,

فَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً قَالُوا لَا تَخَفْ وَبَشَّرُوهُ بِغُلَامٍ عَلِيمٍ (28) فَأَقْبَلَتِ امْرَأَتُهُ فِي صَرَّةٍ فَصَكَّتْ وَجْهَهَا وَقَالَتْ عَجُوزٌ عَقِيمٌ (29) قَالُوا كَذَلِكِ قَالَ رَبُّكِ إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ (30)

(Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: “Janganlah kamu takut”, dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak). Kemudian isterinya datang memekik lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata: “(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul”.  Mereka berkata: “Demikianlah Tuhanmu memfirmankan” Sesungguhnya Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. ” (QS. Adz Dzariyaat: 24-30)

Dalam surat Huud, Allah Ta’ala menceritakan,

وَامْرَأَتُهُ قَائِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ (71) قَالَتْ يَا وَيْلَتَا أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَذَا بَعْلِي شَيْخًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ (72)

Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya’qub. Isterinya berkata: “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.” ” (QS. Huud: 71-72)

Lihatlah bagaimana impian Sarah dan Ibrahim untuk memiliki anak baru terwujud setelah mereka berada di usia sangat-sangat tua. Ketika menyebutkan kisah ini, Allah Ta’ala pun mengatakan di akhir kisah bahwa Allah itu Al ‘Alim (Maha Mengilmui) dan Al Hakim (Maha Bijaksana). Artinya, Allah Ta’ala memiliki ilmu yang sempurna. Sedangkan Allah itu Al Hakim menunjukkan bahwa Allah memiliki kehendak, keadilan, rahmat, ihsan, dan kebaikan yang sempurna. Di samping itu Allah Ta’ala pun betul-betul menempatkan sesuatu pada tempatnya. Inilah pelajaran di balik nama Allah Al Alim dan Al Hakim.[3] Suatu yang mustahil dapat terjadi jika Allah menghendaki. Suatu impian yang sulit terwujud dapat digapai dengan kekuasaan Allah. Allah Ta’ala berfirman,

وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.” (QS. Yusuf: 21). Maha Mulia Allah Ta’ala dengan segala sifat-sifatnya yang maha sempurna.

Pahamilah Takdir Ilahi
Ketahuilah setiap yang terjadi di muka bumi ini sudah tercatat di Lauhul Mahfuzh sejak 50.000 tahun yang lalu sebelum penciptaan langit dan bumi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash)

Jika seseorang mengimani takdir ini dengan benar, maka ia pasti akan memperoleh kebaikan yang teramat banyak. Ibnul Qayyim mengatakan, “Landasan setiap kebaikan adalah jika engkau tahu bahwa setiap yang Allah kehendaki pasti terjadi dan setiap yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi.” (Al Fawaid, hal. 94) [4]

Yang Allah takdir pun tidaklah sia-sia. Pasti ada hikmah di balik itu semua. Allah Ta’ala berfirman,

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ (115) فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ (116)

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” (QS. Al Mu’minun: 115-116)

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ (38) مَا خَلَقْنَاهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq.” (QS. Ad Dukhan: 38-39). Oleh karena itu, jika impian itu belum terwujud, maka perlu kita pahami bahwa itulah ketentuan Allah. Allah menjanjikan hikmah di balik itu semua karena sifat hikmah yang sempurna yang Dia miliki.

Terus Tawakkal dan Berusaha Semaksimal Mungkin
Kita harus punya sifat optimis dengan selalu bertawakkal (menyandarkan hati pada Allah) dan tetap berusaha untuk menggapai impian yang kita cita-citakan. Ingatlah bahwa siapa saja yang bertakwa dan bertawakkal pada Allah Ta’ala dengan sebenar-benarnya, maka pasti Allah Ta’ala akan memberikan ia jalan keluar dan akan memberikan ia selalu kecukupan. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)

Perlu diperhatikan bahwa impian bukan sekedar angan-angan yang tidak ada realisasinya. Jika impian ingin dicapai, tentu harus ada usaha semaksimal mungkin. Cobalah kita saksikan contoh gampangnya adalah seekor burung ketika ia ingin menggapai impiannya untuk memperoleh makanan di hari itu, dia pun pergi ke luar sarangnya untuk mencari hajat yang ia butuhkan. Ketika pulang pun ia dalam keadaan tenang. Inilah yang diisyaratkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً

Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari Umar bin Al Khottob;derajat hasan).

Lihatlah bagaimana seekor burung saja mewujudkan impiannya dengan mencari rizki, dengan berusaha semaksimal mungkin. Bagaimanakah lagi kita selaku insan yang diberi anugerah akal oleh Sang Kholiq?

Teruslah Memohon pada Allah
Untuk mewujudkan impian, janganlah lupakan Yang Di Atas. Kadang kita lalai dan hanya bergantung pada diri kita sendiri yang lemah dan tidak memiliki kemampuan apa-apa. Maka perbanyaklah do’a. Karena setiap do’a pastilah bermanfaat. Allah Ta’ala berfirman,

ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al Mu’min: 60)

Jika ada yang bertanya, “Aku sudah seringkali berdo’a, namun mengapa impianku belum tercapai juga?” Kami bisa menjawab sebagai berikut:

Pertama: Do’a boleh jadi terkabul, namun kita saja yang tidak mengetahui bentuk terkabulnya. Terkabulnya do’a bisa jadi dengan dipalingkan dari kejelekan dari do’a yang kita minta. Dan boleh jadi Allah simpan terkabulnya do’a tadi di akhirat kelak. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ »

Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.” (HR. Ahmad, dari Abu Sa’id; derajat hasan)

Contohnya seseorang berdo’a, “Allahummar-zuqnii, Allahummar-zuqnii” (Ya Allah, berilah aku rizki. Ya Allah, berilah aku rizki). Boleh jadi do’a tersebut, Allah kabulkan segera atau diakhirkan. Allah Ta’ala Maha Mengetahui yang terbaik untuk hamba tersebut. Bahkan boleh jadi pula, Allah simpan do’a tersebut untuk meninggikan derajatnya di surga. Ini tentu saja lebih tinggi dari kebahagiaan di dunia. Kebahagiaan di akhirat kelak tentu jauh berbeda dari kebahagiaan di dunia. Malik bin Dinar mengatakan,

لو كانت الدنيا من ذهب يفنى ، والآخرة من خزف يبقى لكان الواجب أن يؤثر خزف يبقى على ذهب يفنى ، فكيف والآخرة من ذهب يبقى ، والدنيا من خزف يفنى؟

“Seandainya dunia adalah emas yang akan fana, dan akhirat adalah tembikar yang kekal abadi, maka tentu saja seseorang wajib memilih sesuatu yang kekal abadi (yaitu tembikar) daripada emas yang nanti akan fana. Lalu bagaimana lagi jika akhirat itu adalah emas yang akan kekal abadi dan dunia adalah tembikar yang akan fana?”[5]

Kedua: Terkabulnya do’a boleh jadi diakhirkan agar seseorang tetap giat dan bersemangat dalam berdo’a. Ketika ia giat berdo’a, maka ia pun akan mendapatkan ketinggian derajat di akhirat kelak. Cobalah kita perhatikan apa yang terjadi pada para Nabi ‘alaihimush sholaatu wa salaam. Mereka terus saja berdo’a dan memperbanyak do’a, namun terkabulnya do’a mereka diakhirkan agar mereka tetap semangat dalam berdo’a. Di antara contohnya adalah Nabi Ayyub ‘alaihis salam yang diberi cobaan penyakit selama 18 tahun sehingga ia pun dijauhi kerabat dan yang lainnya. Namun ia tetap terus berdo’a dan berdo’a. Allah pun memujinya karena kesabarannya tersebut,

إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ

Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya).” (QS. Shaad: 44)[6]

Ketiga: Boleh jadi do’a tersebut sulit terkabul karena beberapa faktor penghalang. Di antara faktor penghalang adalah seseorang mengangkat tangan ke langit, namun ia sering mengkonsumsi makanan, minuman  dan menggunakan pakaian yang haram atau diperoleh dari hasil yang haram (sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Muslim no. 1015, dari Abu Hurairah). Inilah yang membuat do’a seseorang sulit terkabul. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita rajin mengintrospeksi diri, siapa tahu do’a kita tidak kunjung terkabul karena sebab mengkonsumsi yang haram.

Penutup
Teruslah berusaha, memohon pada Allah, dan janganlah putus asa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu syaithon.” (HR. Muslim no. 2664, dari Abu Hurairah)

Jadikanlah impian kita semata-mata untuk tujuan akhirat dan bukan dunia semata. Jika ingin meraih kekayaan, jadikanlah ia sebagai amal sholih untuk tujuan akhirat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ

Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.” (HR. Tirmidzi no. 2465, shahih)

Ketika impian tercapai, maka perbanyaklah syukur pada Allah dengan selalu taat dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Lihatlah bagaimana do’a Ibrahim ketika di usia senja ia masih diberi keturunan.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ (39)

Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. ” (QS. Ibrahim: 39). Ada ulama yang mengatakan bahwa ketika Isma’il lahir, usia Ibrahim 99 tahun dan ketika Ishaq lahir, usia beliau 112 tahun.[7]

Semoga tulisan ini bermanfaat. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.


[1] Faedah dari penjelasan Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di dalam Taisir Al Karimir Rahman, hal. 810, Muassasah Ar Risalah, Beirut, Libanon, cetakan pertama, 1423 H.
[2] Sebagaimana disebutkan dalam tafsir Al Jalalain ketika menafsirkan surat Adz Dzariyat ayat 29.
[3] Lihat Ar Risalah At Tabukiyah (Zaadul Muhaajir), Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hal. 42, terbitan Darul Hadits.
[4] Al Fawaid, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hal. 94, Darul ‘Aqidah, cetakan pertama, tahun 1425 H.
[5] Lihat Fathul Qodir, Asy Syaukani, 7/473, Mawqi’ At Tafasir.
[6] Lihat penjelasan Syaikh Musthofa Al ‘Adawi dalam Fiqh Ad Du’aa, hal 116, Maktabah Makkah,  cetakan pertama, 1422 H.
[7] Lihat tafsir Al Jalalain ketika menjelaskan surat Ibrahim ayat 39.

[+/-] Selengkapnya...

Memasukkan Tampilan WEB di Halaman Post

Anda berkeinginan menyisipkan atau menempelkan website atau sebagian halaman web ke postingan blog?
Berikut cara sederhana menggunakan I frame:

  • Buat postingan baru.
  • Aktifkan pada tab Edit HTML
  • Masukkan script berikut:
<iframe src ="http://halamanwebsisipan" width="100%" height="300">
<p> Browser anda tidak mendukung Iframe.</p>
</iframe>
  • ganti halamanwebsisipan dengan alamat web yang akan disisipkan.
  • width adalah lebar halaman yang akan digunakan, sebaiknya 100%
  • height adalah tinggi frame yang disediakan, sesuaikan dengan tinggi halaman web yang disisipkan.
  • Yang bercetak tebal adalah pesan yang akan muncul jika halaman web gagal dimuat dalam lembaran postingan.
  • Selamat mencoba.

Catatan penting:
Halaman yang anda sisipkan bisa saja memiliki hak cipta. Maka sebelum menyisipkan halaman website anda harus meminta ijin kepada pemilik website tersebut.

Tips Memilih Keyword  Mengoptimalkan Keyword Mendapatkan Backlink Tips meraih halaman pertama google  

[+/-] Selengkapnya...

Menampilkan Code Script/html Pada Tulisan di Blog

Jika kita ingin berbagi ilmu dengan orang lain terutama yang berupa script yang akan di tampilkan pada blog, tentunya kita tidak bisa langsung copy-paste script tersebut saat akan menulisakan script tersebut pada blog kita. Jika itu di lakukan tetunya tulisan tersebut tidak akan muncul pada blog, justru hasil dari script tersebut yang mungkin keluar. Untuk itu kita harus melakukan berbagai cara sebagai berikut.

1. Buka halaman ini terlebih dahulu. http://centricle.com

2. Halaman tersebut berguna untuk meng-encode sebuah script.

3. Copy dan paste script yang ingin di tampilkan pada blog kita di http://centricle.com, Lalu ketik encode

4. Setelah ter-encode, copy-paste hasil encode pada blog kita di bar edit HTML saat akan memposting tulisan.

5. Tambahkan code

<blockquote>
pada awal script. Dan
</blockquote>
pada akhir script untuk memberikan space yang berbeda pada script anda.

6. Terbitkan Entri. Dan liat hasilnya.

Atau masukkan script anda pada kotak di bawah :


Semoga bermanfaat.

[+/-] Selengkapnya...

Kotak Postingan Terpisah

Kolom postingan terpisah seperti ini juga terlihat lebih enak dipandang dan lebih memudahkan pengunjung blog dalam membedakan isi artikel yang kita tulis, daripada kolom postingan yang menyatu atau dalam 1 kotak saja.

Untuk pemasangan kolom yang seperti ini, anda hanya memerlukan sedikit tambahan kode HTML saja yang nantinya akan disisipkan ke blog anda.

Berikut langkah - langkahnya :

  1. Silahkan login dahulu ke Blogger dengan ID anda tentunya.

  2. Klik Tata Letak.

  3. Klik tab Edit HTML.

  4. Setelah itu cari kode yang seperti ini

    .post {


  5. Kemudian tambahkan kode berikut ini tepat setelah kode tersebut


    Padding:15px; /* Jarak text post dengan garis pinggir */

    Border-top: 2px solid #000000; /* warna garis pinggir atas */

    Border-bottom: 2px solid #000000; /* warna garis pinggir bawah */

    Border-left: 2px solid #000000; /* warna garis pinggir kiri */

    Border-right: 2px solid #000000; /* warna garis pinggir kanan */

    Margin-bottom: 30px; /* jarak antara post yang satu dengan yang lainnya */



  6. Save Template.

Sekarang coba lihat hasilnya, jika anda benar meletakkan kode HTML nya, Insya Allah pasti akan berhasil dan sama seperti punya saya. Tapi masih dalam bentuk kotak kaku alias lancip pada ujung - ujungnya.

Semoga Berhasil :)

[+/-] Selengkapnya...

Orang Bertakwa Tidak Pernah Merasa Miskin

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

Adapun mengenai firman Allah Ta’ala,

{ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا } { وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ }

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3). Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah akan menghilangkan bahaya dan memberikan jalan keluar bagi orang yang benar-benar bertakwa pada-Nya. Allah akan mendatangkan padanya berbagai manfaat berupa dimudahkannya rizki. Rizki adalah segala sesuatu yang dapat dinikmati oleh manusia. Rizki yang dimaksud di sini adalah rizki dunia dan rizki akhirat.

Sebagian orang mengatakan, “Orang yang bertakwa itu tidak pernah merasa fakir sama sekali.” Lalu ada yang bertanya, “Mengapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Karena Allah Ta’ala berfirman:

{ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا } { وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ }

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)”

Kemudian ada yang bertanya kembali, “Kami menyaksikan sendiri bahwa di antara orang yang bertakwa, ada yang tidak punya apa-apa. Namun memang ada sebagian lagi yang diberi banyak rizki.”

Jawabannya, ayat tersebut menunjukkan bahwa orang yang bertakwa akan diberi rizki dari jalan yang tak terduga. Namun ayat itu tidak menunjukkan bahwa orang yang tidak bertakwa tidak diberi rizki. Bahkan setiap makhluk akan diberi rizki sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (QS. Huud: 6). Bahkan hamba yang menerjang yang haram termasuk yang diberi rizki. Orang kafir tetap diberi rizki padahal rizki itu boleh jadi diperoleh dengan cara-cara yang haram, boleh jadi juga dengan cara yang baik, bahkan boleh jadi pula diperoleh dengan susah payah.

Sedangkan orang yang bertakwa, Allah memberi rizki pada mereka dari jalan yang tidak terduga. Rizkinya tidak mungkin diperoleh dengan cara-cara yang haram, juga tidak mungkin rizki mereka dari yang khobits (yang kotor-kotor). Perlu diketahui bahwa orang yang bertakwa tidak mungkin dihalangi dari rizki yang ia butuhkan. Ia hanyalah dihalangi dari materi dunia yang berlebih sebagai rahmat dan kebaikan padanya. Karena boleh jadi diluaskannya rizki malah akan membahayakan dirinya. Sedangkan disempitkannya rizki malah mungkin sebagai rahmat baginya. Namun beda halnya dengan keadaan manusia yang Allah ceritakan,

{ فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ } { وَأَمَّا إذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ } { كُلًّا }

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. Sekali-kali tidak (demikian).” (QS. Al Fajr: 15-16)

Senyatanya tidak demikian. Belum tentu orang yang diluaskan rizkinya, ia berarti dimuliakan. Sebaliknya orang yang disempitkan rizkinya, belum tentu ia dihinakan. Bahkan boleh jadi seseorang dilapangkan rizki baginya hanya sebagai istidroj (agar ia semakin terlena dengan maksiatnya). Begitu pula boleh jadi seseorang disempitkan rizkinya untuk melindungi dirinya dari bahaya. Sedangkan jika ada orang yang sholih yang disempitkan rizkinya, boleh jadi itu karena sebab dosa-dosa yang ia perbuat sebagaimana sebagian salaf mengatakan,

إنَّ الْعَبْدَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ

Seorang hamba boleh jadi terhalang rizki untuknya karena dosa yang ia perbuat.

Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَكْثَرَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Barang siapa yang memperbanyak beristighfar, maka Allah pasti akan selalu memberikannya jalan keluar dari setiap kesempitan dan kelapangan dari segala kegundahan serta Allah akan memberikan rizki kepadanya dari arah yang tidak ia sangka-sangka.”[1]

Allah Ta’ala telah mengabarkan bahwa kebaikan itu akan menghapus kejelekan, istighfar adalah sebab datangnya rizki dan berbagai kenikmatan, sedangkan maksiat adalah sebab datangnya musibah dan berbagai kesulitan. (Kita dapat menyaksikan hal tersebut dalam ayat-ayat berikut ini).

Allah Ta’ala berfirman,

الر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آَيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ (1) أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنَّنِي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ (2) وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ

Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya, dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya” (QS. Huud: 1-3)

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)

Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)

{ وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا } { لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ }

Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya.” (QS. Al Jin: 16-17)

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’rof: 96)

وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ

Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka.” (QS. Al Maidah: 66)

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30)

وَلَئِنْ أَذَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنَاهَا مِنْهُ إنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ

Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS. Hud: 9)

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An Nisa’: 79)

{ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ } { فَلَوْلَا إذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ }

Kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al An’am: 42-43)

Allah Ta’ala telah mengabarkan dalam kitabnya bahwa Dia akan menguji hamba-Nya dengan kebaikan atau dengan kejelekan. Kebaikan yang dimaksud adalah nikmat dan kejelekan adalah musibah. Ujian ini dimaksudkan agar hamba tersebut teruji sebagai hamba yang bersabar dan bersyukur. Dalam hadits shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يَقْضِي اللَّهُ لِلْمُؤْمِنِ قَضَاءً إلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدِ إلَّا لِلْمُؤْمِنِ إنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya. Allah tidaklah menetapkan bagi seorang mukmin suatu ketentuan melainkan itu baikk baginya. Hal ini tidaklah mungkin kita jumpai kecuali pada seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia ditimpa suatu bahaya, ia bersabar, maka itu pun baik baginya.

Demikian penjelasan dari Abul ‘Abbas Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu’ Al Fatawa (16/52-54). Semoga bermanfaat dan dapat sebagai penyejuk hati yang sedang gundah.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.


[1] Hadits ini dikatakan dho’if (lemah) oleh Syaikh Al Albani. Lihat Dho’iful Jaami’ no. 5471

\

[+/-] Selengkapnya...